Selamat Datang di Blogger Isti

Senin, 01 Juni 2009

Pendidikan nilai

Tahun-tahun terakhir ini pelajar kita selalu membanggakan dalam setiap Olimpiade fisika Internatsional, baru-baru ini dua pelajar meraih penilaian tertinggi dan meraih dua emas dalam olimpiade Fisika di salamanca. Menurut informasi yang saya dapat pelajar kita secara individual sangat hebat (intelektual) artinya tidak kalah dari bangsa maju lainnya.

Tetapi apakah mereka yang secara intelektual pintar, apakah hatinya juga pintar??. Sekolah kita banyak sekolah menekan segi kognitif dari pada segi afeksi. Guru hanya mengejar target instruksional saja sementara target jangka panjang yaitu nilai-nilai apa saja yang ditanamkan pada siswa agar ia dapat hidup terabaikan.

Saya sangat resah melihat,mendengar berita-berita di media betapa korupsi menjadi bagian yang tak terpisahkan dari bangsa ini, orang-orang yang dulu saya anggap bersih ternyata terjerat dalam "budaya korupsi" lalu saya mulai berpikir apa yang salah pada bangsa ini? sistem pendidikan kah?.

Masih banyak dalam PILKADA diwarnai dengan adu otot bukan adu otak, mereka memaksakan kehendak pada segolongan orang lain, tak adakah jalan yang lebih baik? Penerimaan murid baru banyak sekali diwarnai pungutan-pungutan liar dan memaksakan penjualan buku dengan dalih apapun yang seolah-olah dibuat mengutungkan siswa, di mana letak hatimu guru?.

Pendidikan nilai menjadi keharusan bagi sekolah untuk mulai diterapkan.Pendidkan nilai (kejujuran, disiplin,saling menghargai,cinta lingkungan,daya juang, bersyukur, gender dan lain-lain) bukan merupakan tanggung jawab guru agama dan kewarganegaraan saja tetapi tanggung jawab semua guru.

Dalam silabus guru mencantumkan nilai-nilai apasaja yang akan ditekankan dalam setiap materi pengajaran. Sebetulnya didalam Kurikulum pemerintah pendidikan nilai secara implisit sudah ada. Nilai-nilai yang ditekankan merupakan dampak pengiring di samping guru menekan dampak instruksional. Misalkan bagaimana guru menekankan nilai kejujuran pada siswa, yaitu bisa dengan berbagai cara, bisa saja guru memakai metode praktikum, yaitu siswa diharuskan jujur dalam menyampaikan data yang diperoleh dan beri nilai berbuat jujur.

Dalam keseharian guru harus menunjukkan sikap jujur, ini penting karena guru sebagai model. Dalam diskusi juga ditekakan bagaimana siswa menghargai pendapat orang lain dengan tidak terlalu awal melakukan pada penilaian pada pendapat orang lain, dan yang penting lagi guru melakukan pembelajaran reflektif, melihat kembali apasaja yang sudah dilakukan oleh siswa dan guru bukan hanya kognitif saja tetapi juga afeksi. Mudah-mudah kita dapat melahirkan generasi yang tidak korup, menghargai orang lain, memiliki disiplin tinggi, hormat, memiliki daya juang, bangga berbangsa indonesia dan lain-lain.

Label:

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda